3.7. Menentukan
bilangan oksidasi unsur untuk mengidentifikasi reaksi oksidasi dan reduksi
|
||
4.7. Membandingkan
antara reaksi oksidasi dengan reaksi
reduksi berdasarkan hasil perhitungan
bilangan oksidasinya
|
Setiap atom terdiri dari inti atom dan elektron
yang mengelilinginya. Elektron pada kulit terluar yang disebut elektron
valensi. Apabila atom memiliki elektron valensi berjumlah 8 atau 2, maka
atom itu akan bersifat stabil, sehingga sulit untuk berikatan dengan atom lain.
Contohnya, seperti atom-atom pada golongan VIIIA (unsur gas
mulia). Sementara itu, atom yang tidak memiliki elektron valensi berjumlah
8 atau 2 akan bersifat tidak stabil.
Atom yang sifatnya belum stabil cenderung ingin stabil. Caranya, mereka
akan melakukan transfer elektron, yaitu melepaskan atau menerima sejumlah
elektron. Akibat dari transfer elektron ini, atom akan memiliki muatan, bisa
positif atau negatif. Atom yang bermuatan positif, artinya atom itu
telah melakukan pelepasan elektron, sehingga kehilangan beberapa elektron yang
dimilikinya. Sementara itu, atom yang bermuatan negatif, berarti
atom itu telah menerima beberapa elektron dari atom lain.Muatan atom
berbeda-beda jumlahnya, tergantung dari seberapa banyak elektron yang dilepas
atau diterima oleh atom. Nah, jumlah muatan positif dan negatif pada
suatu atom bisa kita sebut dengan bilangan oksidasi (biloks)
Terdapat 8 aturan yang harus kamu ketahui dalam menentukan bilangan
oksidasi suatu atom, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bilangan
oksidasi unsur bebas adalah 0.
Unsur bebas adalah unsur yang tidak bergabung atau berikatan secara kimia dengan
unsur lain. Unsur bebas terbagi menjadi dua, yaitu unsur bebas berbentuk atom,
seperti C, Ca, Cu, Na, Fe, Al, Ne dan unsur bebas berbentuk molekul, seperti H2,
O2, Cl2, P4, S8. Kesemua
unsur-unsur tersebut akan memiliki bilangan oksidasi 0.
2. Bilangan oksidasi ion monoatom (1 atom) dan poliatom (lebih dari 1
atom) sesuai dengan jenis muatan ionnya.
Contoh:
· Bilangan oksidasi ion monoatom Na+, Mg2+,
dan Al3+ berturut-turut adalah +1, +2, dan +3.
· Bilangan oksidasi ion poliatom NH4+,
SO42-, dan PO43- berturut-turut
adalah +1, -2, dan -3.
3. Bilangan oksidasi unsur pada golongan logam IA, IIA, dan IIIA sesuai
dengan golongannya.
Bilangan oksidasi:
IA = H, Li, Na, K, Rb, Cs,
Fr = +1.
Contoh: Bilangan oksidasi Na dalam senyawa NaCl adalah +1.
IIA = Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra = +2.
Contoh: Bilangan oksidasi Mg dalam senyawa MgSO2 adalah
+2.
IIIA = B, Al, Ga, In, Tl = +3
Contoh: Bilangan oksidasi Al dalam senyawa Al2O3 adalah
+3.
4. Bilangan oksidasi unsur golongan transisi (golongan B) lebih dari
satu.
Contoh:
Bilangan oksidasi Cu = +1 dan +2.
Bilangan oksidasi Au = +1 dan +3.
Bilangan oksidasi Sn = +3 dan +4.
5. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur yang membentuk ion = jumlah
muatannya.
Contoh:
NH4+ = +1
Biloks H = +1. Atom H memiliki indeks 4, maka biloks H dikalikan dengan
indeks H = +4. Karena jumlah muatan NH4+ = +1, maka
biloks N haruslah -3, agar ketika biloks N dan H dijumlahkan, hasilnya sesuai
dengan jumlah muatannya, yaitu +1.
6. Jumlah bilangan
oksidasi unsur-unsur yang membentuk senyawa = 0.
Contoh:
H2O = 0
Biloks H = +1. Atom H memiliki indeks 2, sehingga biloks H dikalikan dengan indeks H = +1 x 2 = +2. Agar jumlah biloks H dan O sama dengan 0, maka biloks O harus bernilai -2
7. Bilangan oksidasi hidrogen (H) bila berikatan dengan logam = -1. Bila H berikatan dengan non-logam = +1.
Contoh:
Biloks H dalam AlH3 =
-1.
Bukti:
Atom Al merupakan unsur logam golongan IIIA, sehingga biloks Al =
+3. Ingat aturan biloks poin 6, jumlah biloks unsur-unsur yang
membentuk senyawa = 0. Jadi, apabila biloks Al dan H dijumlahkan, hasilnya
harus 0. Agar biloks Al + biloks H = 0, biloks H haruslah -3. Karena atom H
memiliki indeks 3, maka biloks H : indeks H = -3 : 3 = -1. Terbukti jika biloks
H dalam AlH3 adalah -1.
8. Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawa proksida = -1. Bilangan oksidasi O dalam senyawa non-peroksida = -2
Contoh:
Biloks O dalam BaO2 =
-1.
Bukti:
Atom Ba merupakan unsur logam golongan IIA, sehingga biloks Ba = +2.
Jumlah biloks Ba dan biloks O harus 0 (aturan biloks poin 6). Oleh sebab itu,
biloks O harus bernilai -2. Karena atom O memiliki indeks 2, jadi biloks O :
indeks O = -2 : 2 = -1. Terbukti jika biloks O dalam BaO2 adalah
-1.
1. Perhatikan reaksi : 2CO (g) +
2NO (g) ⇒ 2CO₂ (g) + N₂ (g)
Berapakah perubahan bilangan
oksidasi nitrogen (N)?
Pembahasan:
Diketahui : pada reaksi : 2CO (g) + 2NO (g) ⇒ 2CO₂ (g) + N₂ (g)
Ditanya : perubahan bilangan oksidasi nitrogen (N) ?
molekul NO = biloks N + biloks O
0 = biloks
N + (-2)
biloks N = 0 + 2
biloks N = +2
Molekul N₂ = 2 × biloks N
= 2
× 0
= 0
Maka perubahan biloknya +2 menjadi 0
2. pada reaksi :
2KClO₂ 2KCl + 2O₂. atom klor mengalami perubahan bilangan oksidasi dari … menjadi ….
Pembahasan
Diketahui : pada reaksi : 2KClO₂ ⇒ 2KCl + 2O₂
Ditanya : perubahan bilangan oksidasi klor (Cl) ?
molekul KClO₂ = biloks K + biloks Cl + 2. biloks O
0 = 1 + biloks Cl + 2(-2)
0 = 1 + biloks Cl + (-4)
0 = biloks Cl - 3
biloks Cl = 0 + 3
biloks Cl = +3
Molekul KCl = biloks K + biloks Cl
0 = 1 +
biloks Cl
biloks Cl = 0 - 1
biloks Cl = -1
Maka perubahan
biloknya +3 menjadi -1
3. Bilangan oksidasi P dalam PH₃ adalah
Pembahasan:
menentukan bilangan oksidasi P dalam PH₃
biloks H = +1
(aturan biloks)
biloks PH₃ = 0
biloks P + (3 × biloks H) = 0
biloks P + (3 ×(+1)) = 0
biloks P = -3
maka nilai bilok P - 3
4. Bilangan oksidasi I dalam H₃IO₄ adalah .
Pembahasan:
menentukan bilangan oksidasi I dalam H₃IO₄
biloks H = +1 (aturan
biloks)
biloks O = -2 (aturan
biloks)
biloks H₃IO₄ = 0
(3 × biloks H) + biloks I + (4 × biloks O) = 0
(3 ×(+1)) + biloks I + (4 × (-2)) = 0
(+3) + biloks I + (-8) = 0
biloks I + (-5) = 0
biloks I = +5
maka nilai bilok I +5
5. Bilangan oksidasi N dalam NH₄⁺ adalah … .
Pembahasan:
menentukan bilangan oksidasi N
dalam NH₄⁺
biloks H = +1
(aturan biloks)
biloks NH₄⁺= +1
biloks N + (4 × (+1)) = +1
biloks N + (+4) = +1
biloks N = (+1) + (-4)
biloks N = -3
maka nilai biloks N =
-3
silahkan simak juga materi di link ini https://youtu.be/bsvok-zkOcw dan https://youtu.be/XspLA3FTfVI